YAYASAN AL-HASANIYYAH
Minggu, 23 September 2012
Kamis, 30 Agustus 2012
PROFIL
PROFIL TOKOH
|
As
Sayyid Prof. Dr. Muhammad bin Sayyid ‘Alawi bin Sayyid ‘Abbas bin Sayyid ‘Abdul
‘Aziz al-Maliki al-Hasani al-Makki al-Asy’ari asy-Syadzili lahir di kota suci
Makkah pada tahun 1365 H. Pendidikan pertamanya adalah Madrasah Al-Falah,
Makkah, dimana ayah beliau Sayyid Alawi bin Abbas al Maliki sebagai guru agama
di sekolah tersebut yang juga merangkap sebagai pengajar di halaqah di Haram
Makki, dekat Bab As-salam
Ayah beliau, Sayyid Alwi bin Abbas Almaliki (kelahiran Makkah th 1328H), seorang alim ulama terkenal dan ternama di kota Makkah. Disamping aktif dalam berdawah baik di Masjidil Haram atau di kota kota lainnya yang berdekatan dengan kota Makkah seperti Thoif, Jeddah dll, Sayyid Alwi Almaliki adalah seorang alim ulama yang pertama kali memberikan ceramah di radio Saudi setelah salat Jumat dengan judul “Hadist al-Jumah”.
Ayah beliau, Sayyid Alwi bin Abbas Almaliki (kelahiran Makkah th 1328H), seorang alim ulama terkenal dan ternama di kota Makkah. Disamping aktif dalam berdawah baik di Masjidil Haram atau di kota kota lainnya yang berdekatan dengan kota Makkah seperti Thoif, Jeddah dll, Sayyid Alwi Almaliki adalah seorang alim ulama yang pertama kali memberikan ceramah di radio Saudi setelah salat Jumat dengan judul “Hadist al-Jumah”.
Begitu
pula ayah beliau adalah seorang Qadhi yang selalu di panggil masyarakat Makkah
jika ada perayaan pernikahan.Selama menjalankan tugas da’wah, Sayyid Alwi bin
Abbas Almaiki selalu membawa kedua putranya Muhammad dan Abbas. Mereka berdua
selalu mendampinginya kemana saja ia pergi dan berceramah baik di Makkah atau
di luar kota Makkah. Adapun yang meneruskan perjalanan dakwah setelah wafat
beliau adalah Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki dan Sayyid Abbas selalu
berurusan dengan kemaslahatan kehidupan ayahnya.
Sebagaimana
adat para Sadah dan Asyraf ahli Makkah, Sayyid Alwi Almaliki selalu menggunakan
pakaian yang berlainan dengan ulama yang berada di sekitarnya. Beliau selalu
mengenakan jubbah, serban (imamah) dan burdah atau rida yang biasa digunakan
dan dikenakan Asyraf Makkah.
Setelah
wafat Sayyid Alwi Almaiki, anaknya Sayyid Muhammad tampil sebagai penerus
ayahnya. Dan sebelumnya ia selalu mendapatkan sedikit kesulitan karena ia
merasa belum siap untuk menjadi pengganti ayahnya. Maka langkah pertama yang
diambil adalah ia melanjutkan studi dan ta’limnya terlebih dahulu. Beliau
berangkat ke Kairo dan Universitas al-Azhar Assyarif merupakan pilihanya.
Setelah meraih S1, S2 dan S3 dalam fak Hadith dan Ushuluddin beliau kembali ke
Makkah untuk melanjutkan perjalanan yang telah di tempuh sang ayah. Disamping
mengajar di Masjidi Haram di halaqah, beliau diangkat sebagai dosen di
Universitas King Abdul Aziz- Jeddah dan Univesitas Ummul Qura Makkah bagian
ilmu Hadith dan Usuluddin. Cukup lama beliau menjalankan tugasnya sebagai dosen
di dua Universiatas tsb, sampai beliau memutuskan mengundurkan diri dan memilih
mengajar di Masjidil Haram sambil menggarap untuk membuka majlis ta’lim dan
pondok di rumah beliau.
Adapun
pelajaran yang di berikan baik di masjid haram atau di rumah beliau tidak
berpoin kepada ilmu tertentu seperti di Universitas. Akan tetapi semua
pelajaran yang diberikannya bisa di terima semua masyarakat baik masyarakat
awam atau terpelajar, semua bisa menerima dan semua bisa mencicipi apa yang
diberikan Sayyid Maliki. Maka dari itu beliau selalu menitik-beratkan untuk
membuat rumah yang lebih besar dan bisa menampung lebih dari 500 murid per hari
yang biasa dilakukan selepas sholat Maghrib sampai Isya di rumahnya di Hay al
Rashifah. Begitu pula setiap bulan Ramadan dan hari raya beliau selalu menerima
semua tamu dan muridnya dengan tangan terbuka tanpa memilih golongan atau
derajat. Semua di sisinya sama tamu-tamu dan murid murid, semua mendapat
penghargaan yang sama dan semua mencicipi ilmu bersama-sama.
Dari rumah beliau telah
keluar ulama-ulama yang membawa panji Rasulallah ke suluruh pelosok permukaan
bumi. Di mana negara saja kita dapatkan murid beliau, di India, Pakistan,
Afrika, Eropa, Amerika, apa lagi di Asia yang merupakan sebagai orbit dahwah
sayid Muhammad Almaliki, ribuan murid murid beliau yang bukan hanya menjadi kyai
dan ulama akan tetapi tidak sedikit dari murid2 beliau yang masuk ke dalam
pemerintahan.
Di
samping pengajian dan taklim yang rutin di lakukan setiap hari pula beliau
telah berusaha mendirikan pondok yang jumlah santrinya tidak sedikit, semua
berdatangan dari seluruh penjuru dunia, belajar, makan, dan minum tanpa di
pungut biaya sepeser pun bahkan beliau memberikan beasiswa kepada para santri
sebagai uang saku. Setelah beberapa tahun belajar para santri dipulangkan ke
negara-negara mereka untuk menyiarkan agama.
Sayid
Muhammad Almaliki dikenal sebagai guru, pengajar dan pendidik yang tidak
beraliran keras, tidak berlebih-lebihan, dan selalu menerima hiwar dengan
hikmah dan mauidhah hasanah.thariqahnya.
Dalam kehidupannya
beliau selalu bersabar dengan orang-orang yang tidak bersependapat baik dengan
pemikirannya atau dengan alirianya. Semua yang berlawanan diterima dengan sabar
dan usaha menjawab dengan hikmah dan menklirkan sesuatu masalah dengan
kenyataan dan dalil-dalil yang jitu bukan dengan emosi dan pertikaian yang
tidak bermutu dan berkesudahan. Beliau tahu persis bahwa kelemahan Islam
terdapat pada pertikaian para ulamanya dan ini memang yang di inginkan musuh
Islam. Sampai-sampai beliau menerima dengan rela digeser dari kedudukannya baik
di Universitas dan ta’lim beliau di masjidil Haram. Semua ini beliau terima
dengan kesabaran dan keikhlasan bahkan beliau selalu menghormati orang orang
yang tidak bersependapat dan sealiran dengannya, semasih mereka memiliki
pandangan khilaf yang bersumber dari al-Quran dan Sunah. Adapun ulama yang
telah mendapat gemblengan dari Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki, mereka
pintar-pintar dan terpelajar. Di samping menguasai bahasa Arab, mereka
menguasai ilmu-ilmu agama yang cukup untuk dijadikan marja’ dan reference di negara-negara
mereka. Beliau ingin mengangkat derajat dan martabat Muslimin menjadi manusia
yang berperilaku baik dalam muamalatnya kepada Allah dan kepada sesama,
terhormat dalam perbuatan, tindakan serta pikiran dan perasaannya. Beliau
adalah orang cerdas dan terpelajar, berani dan jujur serta adil dan cinta kasih
terhadap sesama. Itulah ajaran utama Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki. Beliau
selalu menerima dan menghargai pendapat orang dan menghormati orang yang tidak
sealiran dengannya atau tidak searah dengannya.Senin, 27 Agustus 2012
Langganan:
Postingan (Atom)